Minggu, 21 April 2013

hati nurani, perasaan, dan kegalauan dunia pendidikan

MAU DIBAWA KEMANA DUNIA PENNDIDIKAN ANAK-ANAK KITA?

Beberapa ahli pendidikan, bahkan bapak M Nuh sendiri pernah menekankan tentang kejujuran dalam pelaksanaan UN. Sudahkah kita mengajarkan kejujuran sebelumnya.
Sejujurnya memang tak mudah untuk selalu jujur, apalagi mengajarkan kejujuran. kejujuran bukan sekedar kata-kata tapi lebih utama harus disertai contoh. contoh yang utama.
Pernahkah kita mengingat pesan Ki Hajar Dewantoro, bahwa seorang guru harus menjadi ing ngarso sung tuladha ( di depan memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah/dalam membangun semangat), tut wuri handayani (di belakang mendorong 'untuk maju).
Apalah daya, negara kadang juga tak memberi contoh tentang kejujuran, mengapa harus banyak orang-orang yang korupsi atau dianggap korupsi. kita harus dari mana memutus mata rantai kebohongan, dusta, keculasan, kekejian yang terjadi karena seseorang ingin mempertahankan kebohongan. satu kali berbohong akan diikuti dengan kebohongan berikutnya.
Masyarakat Indonesia mungkin telah berkurang yang buta huruf tapi makin bertambah yang buta nurani.
berkatalah jujur, berlaku jujur, mengajak jujur, mengajarkan kejujuran.