Jumat, 29 September 2017

puisi

Amir Hamzah
BERDIRI AKU
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurangi puncak
Menjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
Benang raja mencelup ujung
Naik marak mengerak corak
Elang leka saying tergulung
Dimabuk warna berarak-arak
Dalam rupa mahasempurna
Rindu-sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentausa
Menyecap hidup bertentu tuju
Chairil Anwar
SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa
erdekap
1946
Pelabuhan Sebelum Pasang
Sajak Taufiq Ismail
Jika kau bertanya, kesepian, maka lautlah jawabku
Jika kau menyapa, kesedihan, maka topanlah ujarku
Pelayaran panjang yang mengantarkan kita
Dalam gelombang benua
Di kuala perairan, ketika malam sangat muda
Lentera tiang palka, di ruang makan dan buritan
Gemetaran dalam garis putus-putus di pelabuhan
Anak arus yang naik dan turun pelahan
Menjelang pelayaran bila badai berbadai
Bercurahan bintang di langit bersemu biru
Gemulung mendung yang menyarankan napas gelombang
Guruh lagumu, wahai pelayaran yang panjang!
Karena kau bertanya, tiga peluit di tiap pelabuhan
Setiap kita bertolak kembali mengemas jangkar tali-temali
Adalah jurang-jurang lautan dengan kandil bintang selatan
Bertetaplah ngembara untuk pelayaran panjang sekali.
1964
(Dari Sajak Ladang Jagung, Budaya Djaya, Jakarta, 1973)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar