Rabu, 24 Juni 2009

puisi

Amir Hamzah

BERDIRI AKU

Berdiri aku di senja senyap

Camar melayang menepis buih

Melayah bakau mengurangi puncak

Menjulang datang ubur terkembang

Angin pulang menyejuk bumi

Menepuk teluk mengempas emas

Lari ke gunung memuncak sunyi

Berayun-ayun di atas alas

Benang raja mencelup ujung

Naik marak mengerak corak

Elang leka saying tergulung

Dimabuk warna berarak-arak

Dalam rupa mahasempurna

Rindu-sendu mengharu kalbu

Ingin datang merasa sentausa

Menyecap hidup bertentu tuju

Chairil Anwar

SENJA DI PELABUHAN KECIL

buat Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa
erdekap

1946

Pelabuhan Sebelum Pasang

Sajak Taufiq Ismail

Jika kau bertanya, kesepian, maka lautlah jawabku

Jika kau menyapa, kesedihan, maka topanlah ujarku

Pelayaran panjang yang mengantarkan kita

Dalam gelombang benua

Di kuala perairan, ketika malam sangat muda

Lentera tiang palka, di ruang makan dan buritan

Gemetaran dalam garis putus-putus di pelabuhan

Anak arus yang naik dan turun pelahan

Menjelang pelayaran bila badai berbadai

Bercurahan bintang di langit bersemu biru

Gemulung mendung yang menyarankan napas gelombang

Guruh lagumu, wahai pelayaran yang panjang!

Karena kau bertanya, tiga peluit di tiap pelabuhan

Setiap kita bertolak kembali mengemas jangkar tali-temali

Adalah jurang-jurang lautan dengan kandil bintang selatan

Bertetaplah ngembara untuk pelayaran panjang sekali.

1964

(Dari Sajak Ladang Jagung, Budaya Djaya, Jakarta, 1973)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar